2013-06-09

Riau

Provinsi Riau, merupakan salah satu Provinsi terbesar di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Sumatra yang membentangi lereng Bukit Barisan hingga perbatasan Selat Malaka. Riau merupakan salah satu provinsi terkaya dengan hasil alam yang berlimpah, baik kekayaan hasil alam yang terkandung dari dalam bumi seperti minyak, gas dan logam ataupun kekayaan dari hasil perkebunan, hutan maupun budi daya perairan serta objek wisata riau. Namun karena luas daerah dan terdiri dari banyak daerah kepulauan sehingga di era otonomi daerah Provinsi riau dimekarkan dan di bagi menjadi 2 wilayah yaitu Riau (daratan) dan Kepulauan Riau.
Terlintas di pikiran banyak orang mengenai Riau hanya sekedar kekayaan SDA yang dimiliki Riau. Sangat minim sekali informasi yang jelas mengenai riau terutama Informasi objek Wisata dan potensi daerah yang dimiliki Riau, kalaupun ada biasanya informasi tersebut merupakan informasi yang bersifat umum yang biasa kita jumpai di Blog maupun website pemerintah daerah Provinsi riau.  Mlihat keadaan tersebut salah seorang Blogger Riau yang namanya tidk ingin disebutkan, membuat sebuah Blog yang berkonsepkan Photo Blog.

Blog tersebut berusaha menceritakan mengenai Riau dengan padanan kata yang simpel yang dapat dengan mudah dimengerti dan sedikit lebih menarik dengan tambahan gambar. Blog tersebut menggambarkan Budaya dan Adat istiadat di Riau khususnya Budaya melayu, Objek Wisata di Riau, Kesenian Riau dan berbagai macam Arsitektur dan pembangunan di Riau.

Tidak salahnya jika anda berkunjung ke alamat www.riaudailyphoto.com dan menjadikannya sebagai salah satu sumber referensi dan bacaan untuk mendapatkan Informasi mengenai Provinsi Riau



2013-04-20

Gelombang Bono SUngai Kampar yang Cetar Membahana

Teluk Meranti merupakan sebuah kelurahan yang berada di Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau. Secara geografis lokasi teluk meranti berada di bantar sungai kampar tepat di hilir / muara sungai kampar.Sungai kampar yang secara administrasi terletak di 2 kabupaten di Propinis Riau yaitu Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan. Untuk di wilayah kabupaten pelalawan sungai kampar menyimpan sebuah fenomena alam yang sangat menakjubkan yang masyarakat biasa meyebutnya dengan “Bono”! 

Bono atau gelombang bono ini merupakan sebuah legenda hidup untuk masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai kampar khususnya di bagian muara sungai kampar. Karena gelombang bono ini bisa menghasilkan ombak besar yang sangat mematikan. Menurut cerita orang dulu, gelombang bono ini dapat membentuk 7 (tujuh) ombak besar yang sangat menakutkan. Ketika itu pada zaman penjajahan belanda, akses transportasi mereka sering terganggu karena adanya gelombang bono ini.
Sehingga pada suatu saat sang komandan memberikan arahan untuk menembak gelombang bono. Dan entah denga “ajian” apa salah satu ombak besar tersebut setelah ditembak oleh Belanda sampai sekarang tidak pernah muncul lagi. Sehingga gulungan gelombang yang ada saat ini hanya tinggal 6 (enam) saja.

Mengetahui dahsyatnya gelombang bono di sungai kampar ini, mengundang para peselancar untuk bisa berselancar diatas gelombang bono ini. Dan hanya ada satu-satunya di Indonesia daerah atau kawasan yang bisa berselancar di gelombang atau ombak sungai hanya ada di Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan Riau. Bahkan selevel organisasi RIP CUROL telah mendatangkan para peselancar hebat diantaranya legenda hidup surfing yaitu TOM Curren untuk berselancar dengan gelombang bono ini.

2013-04-16

Gelombang Bono di Sungai Kampar

Sungai Kampar terdapat di Provinsi Riau, Kuala Kampar, sekitar 1,5 jam perjalanan darat dari Pekanbaru. Tak seperti sungai lainnya, ada hal yang unik di Sungai Kampar, yaitu adanya gelombang Bono. Gelombang Bono ini hampir mirip gelombang di lautan yang kerap digunakan untuk surfing.

Gelombang Bono di Sungai Kampar memiliki ketinggian yang cukup menantang bagi para surver, namun ditakuti oleh penduduk setempat. Bahkan, Bono sering juga dijuluki Seven Ghost atau 7 hantu sebab gelombang yang dihasilkan kadang mencapai 7 gelombang yang berurutan.

Adanya Gelombang Bono tentu kemudian memancing datangnya para wisatawan yang gemar berselancar dan menguji nyali dengan berbagai jenis gelombang. Fenomena unik ini terbukti membuat kawasan Sungai Kampar menjadi lokasi wisata yang mengasyikkan.

2013-04-11

Candi Muara Takus jejak Budha di riau

Situs Cagar Budaya Kompleks Candi Muara Takus, Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau merupakan salah satu bukti dan jejak keberadaan Budha di Riau. Candi ini akan ramai dikunjungi pada saat  hari besar agama Buddha  seperti hari suci Waisak.

Candi Muara Takus  yang bersifat Buddhis ini merupakan bukti bahwa agama Buddha pernah berkembang di kawasan itu. Situs percandian ini dikelilingi tembok dari bata putih berukuran 74 x 74 meter setinggi 80 sentimeter. Di kompleks candi yang letaknya di tepi Sungai Kampar Kanan itu terdapat empat bangunan yang terbuat dari batu bata merah bercampur pasir yang disebut Candi Mahligai, Candi Tua, Candi Bungsu, dan Candi Palangka.

Dibanding candi-candi yang lain, bangunan Candi Mahligai atau Stupa Mahligai paling utuh karena memiliki kaki, badan, dan atap. Stupa ini memiliki fondasi persegi panjang berukuran 9,44 x 10,6 meter dan memiliki 28 sisi yang mengelilingi alas candi dengan pintu masuk berada di sebelah selatan.

Candi Tua atau Candi Sulung memiliki fondasi berukuran 31,65 x 20,20 meter yang terdiri atas kaki, badan, dan atap. Bagian atas bangunan berbentuk bundaran. Candi Bungsu mirip Candi Sulung, tapi pada bagian atasnya berbentuk segi empat. Berdiri di sebelah barat Candi Mahligai dengan ukuran 13,20 x 16,20 meter. Sedangkan Candi Palangka terletak di sisi timur Stupa Mahligai berukuran 5,10 x 5,7 meter dengan tinggi sekitar 2 meter.

Para arkeolog belum dapat menentukan secara pasti kapan situs candi ini didirikan. Ada yang mengatakan abad keempat Masehi, ketujuh Masehi, kesembilan Masehi, dan ke-11 Masehi. Meski begitu, mereka sepakat Candi Muara Takus dibangun pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya (abad VII-XII Masehi).




2013-04-10

Ditenukan Raflesia Merah Putih d riau

Penemuan baru yang benar-benar menakjubkan, ada lima Rafflesia Merah Putih pada satu kawasan yang salah satunya dalam keadaan mekar sempurna, dengan diameter 50 cm. Bunga ini sangat langka, apalagi yang dalam keadaan mekar sempurna, amat sangat jarang sekali.

Penemuan ini benar-benar memperlihatkan betapa besarnya anugerah Tuhan kepada Indonesia. Tanah yang kaya akan keanekaragaman hayati. Sayangnya, Kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling sedang terancam aktivitas perambahan dan pembalakan liar. Jadi, sudah tugas kita untuk menjaga dan melestarikannya sebagai tanda terima kasih atas anugerah yang Tuhan berikan untuk Indonesia. gambar lengkapnya bisa dilihat di http://www.riaudailyphoto.com/2013/03/ditemukan-raflesia-berwarna-merah-putih.html

Car Free Day

Car Free Day Indonesia merupakan langkah sederhana bagi penyelamatan lingkungan. Dimaksudkan untuk memberi sedikit "angin segar" bagi lokasi-lokasi tertentu dengan tidak mengijinkan lokasi-lokasi tertentu dilewati oleh kendaraan bermotor. Intinya adalah penghematan bahan bakar dan mengurangi polusi udara.  Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai Car Free Day bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Kegiatan ini biasanya didorong oleh aktivis yang bergerak dalam bidang lingkungan dan transportasi.

Pekanbaru telah melaksanakan Car Free Day setiap hari minggu jam 06.00 - 09.00 wib berlokasi di Jalan Diponegoro dan Jalan Gadjah Mada.

2013-01-12

Provinsi Riau

Riaupropinsi (or provinsi; province), east-central Sumatra, Indonesia. It is bounded by the province of North Sumatra (Sumatera Utara) to the north and northwest, by the Strait of Malacca to the east and Berhala Strait to the southeast, and by the provinces of Jambi to the south and West Sumatra (Sumatera Barat) to the west. Riau includes the islands of Rupat, Bengkalis, Rangsang, and Rantau in the Strait of Malacca. The capital is Pekanbaru, in the west-central part of the province. Area 33,600 square miles (87,024 square km). Pop. (2009 est.) 5,538,367.


Geography

The Batak Plateau and the Padang Highlands of the Barisan Mountains, situated along the western boundary of Riau, are the only major uplands in the province. The Tigapuluh Mountains, with an average elevation of 2,369 feet (722 metres), thrust northward near the province’s south-central boundary. A belt of swamps, fed by the Rokan, Tapung, Siak, Kampar, and Indragiri rivers flowing eastward from the highlands, extends inward from the coast to a maximum width of about 150 miles (240 km); swamps also cover the greater part of Rupat and Bengkalis islands. The region is subject to occasional flooding, and the coast is deeply indented by estuaries. The swamp vegetation includes sedge, pandanus, rattan, and ferns; dense bamboo thickets border the swamps at many places, and the estuaries are dotted with mangroves.

Riau’s population consists primarily of Malay peoples, and Islam is the predominant religion. The Minangkabau, Batak, and Chinese communities are among the most prominent minority groups.
Agriculture is a major occupation in Riau, with rice, corn (maize), cassava, soybeans, copra (dried coconut meat), gambier (a plant producing a resin used for tanning and dyeing), and pepper among the main products. There also are moderate logging and fishing industries. The principal large-scale industry is the extraction of petroleum from fields near Pekanbaru. Sungai Pakning and Dumai, both on the northern coast, have oil refineries. Other manufacturing activities include food processing, papermaking, and wood carving. Much of the internal transport is by riverboat; good roads are confined largely to the hinterland around Pekanbaru. There is an international airport in Pekanbaru, and several smaller facilities handle domestic flights.


The region formed part of the Buddhist Srivijaya empire, with its capital at Palembang (in southeastern Sumatra), and served as a base for the conquest of kingdoms on the Malay Peninsula in the 7th century ce. The Hindu Majapahit empire of eastern Java established supremacy over the region in the 14th century, after the fall of the Srivijaya empire. Muslim states were established in the 16th century, following the disintegration of the Majapahit empire. When the Portuguese seized the Malay state of Malacca in 1511, its last sultan retained Johore (Johor) on the Malay Peninsula and the Riau archipelago at its southern tip. The Dutch arrived in 1596, and the British followed shortly afterward. Rivalries between the European powers and attacks by sea pirates adversely affected the fortunes of the region, which had come under Dutch control by the end of the 18th century.
After an interval of Japanese occupation (1942–45) during World War II, the province was incorporated into the newly formed Republic of Indonesia in 1950 as part of the province of Central Sumatra. In 1957 Central Sumatra was divided into the provinces of West Sumatra, Jambi, and Riau. At that time, Riau included the neighbouring Riau and Lingga archipelagos as well as the Anambas, Tambelan, and Natuna island groups in the waters between the Malay Peninsula and northwestern Borneo. Those island territories were separated administratively from mainland Riau in 2002 to become Riau Islands province.

Riau

Riau is a province of Indonesia, located in the centre and eastern coast of Sumatra along the Strait of Malacca. Until 2004 the province included the offshore Riau Islands, a large group of small islands (of which the principal islands are Batam and Bintan) located east of Sumatra Island and south of Singapore, before these islands were split off as Riau Islands Province in July 2004. The provincial capital of Riau Province and its largest city is Pekanbaru. Other major cities include Dumai, Selat Panjang, Bagansiapiapi, Bengkalis, Bangkinang, Rengat and Siak Sri Indrapura.

Riau is currently one of the richest provinces in Indonesia and is rich with natural resources, particularly petroleum, natural gas, rubber, palm oil and fiber plantations. However extensive logging has led to a massive decline in forest cover from 78% in 1982 to only 33% in 2005. This has been further reduced an average of 160,000 hectares per year on average, leaving 22%, or 2.45 million hectares left as of 2009. Deforestation for palm oil and paper has led to not only perennial serious haze over the province, but in Kuala Lumpur, Malaysia, and intensifying flooding and landslides. Kuala Lumpur and surrounds has been sent into "unhealthy" air quality levels again in mid 2012 from Indonesian haze originating in Riau.

Since the 1970s, much of Indonesia has experienced declining population growth rates. Riau has been a significant exception, with increasing rates every decade since 1970 to a 4.35 percent annual rise for the 1990s. The provincial population is 5,543,031 (as at the 2010 census).

Commonwealth Life Perusahaan Asuransi Jiwa Terbaik Indonesia

Commonwealth Life Perusahaan Asuransi Jiwa Terbaik Indonesia

 

Commonwealth Life Perusahaan Asuransi Jiwa Terbaik Indonesia merupakan Perusahaan Asuransi Jiwa yang sudah berdiri lama di Indonesia sejak 1992 dengan nama Astra Jardine yang kemudian mengganti nama menjadi Astra CMG Life , Nama PT Commonwealth Life diperkenalkan untuk pertama kalinya di bulan Juli tahun 2007.

Visi utama Commonwealth Life Perusahaan Asuransi adalah menjadi penyedia pelayanan asuransi jiwa terbaik di Indonesia, terutama dalam hal Pelayanan Pelanggan. Saham terbesar Commonwealth Life Perusahaan Asuransi Jiwa Indonesia saat ini dimiliki oleh Perusahaan Commonwealth Bank di Australia dimana Commonwealth Bank Australia tersebut adalah salah satu perusahaan terkemuka dalam menguasai Perbankan dan Asuransi di Australia.

Performa kinerja Commonwealth Life telah berhasil mengalami banyak peningkatan pada Laporan Keuangan di Tahun 2011. Peningkatan pada prestasi ini sangat memotivasi Commonwealth Life untuk bisa meningkatkan pelayanan sebagai Perusahaan Asuransi Jiwa Indonesia.